Senin, 28 Mei 2012

Sepucuk Surat

Wahai hati yang sedang gundah, luangkan sedikit waktumu untuk membaca surat dari hatiku
Surat yang tertulis karena kebosanan nya denganku, yang tak bisa menyampaikan apa yang dia inginkan
Hatiku tahu engkau sedang gundah, gelisah, dan sedih
Bukan karena kepintaranku menebak..Karena sekuat apapun kemampuanku menebak, takkan mampu kutebak isi hatimu…Tapi sorot matamu yang terlalu jelas terbaca oleh hatiku
Maka itu sejenak ajaklah hatimu bicara, apa benar dugaan hatiku?


Sungguh, kalau aku bisa melepaskan hatiku sendiri, ingin rasanya kulepaskan agar dia puas berbicara dan bercengkerama dengan hatimu
tapi aku tak mampu Duhai hati yang kucintai, Aku tak mungkin mengizinkan hatiku pergi seorang diri, karena kutahu pasti dia akan terluka
Maka itu, tertulis lah surat ini untuk hatimu


Wahai engkau, yang memiliki hati tujuanku
Tahukan engkau bahwa setiap hari hatiku menjerit???bukan karena aku menyakitinya
tapi dia menyakiti dirinya sendiri, mengharapkan pertemuan dengan hatimu yang tak kunjung datang
Aku yakin kau juga tak tahu, kalau hatiku selalu bernyanyi sedih saat mendengar hatimu telah dimiliki oleh hati yang lain

Apakah aku harus menyalahkan mu duhai wanita yang kucintai???
Sungguh, bukan itu maksudku!! hatikupun tahu itu…
bahwa kau dan hatimu adalah 2 nyawa
dan engkau selalu mengikuti kemana hatimu menuju
Terkadang hatiku mengira bahwa engkau dan hatimu datang kepadaku dan menyapa lembut hatiku itu
Tapi, mungkin penantiannya kini sudah tak berarti,,,


Wahai engkau, sang pemilik hati lembut yang gundah itu
sekarang tak perlu kau risaukan lagi dengan hatiku
tetapkanlah hatimu untuk dia, yang tercinta, yang kan membuat engkau dan hatimu bahagia
dan hatiku??????
Tadi malam hatiku sudah berjanji, akan berusaha pergi dari hatimu, takkan mengetuk pintunya lagi, agar engkau tenang dalam tidur dan jaga mu
Surat ini, hanya sebuah permintaan dari hatiku, yang ingin berpamitan padamu, duhai hati yang kusayangi

Hatiku bilang, dia menyerah mengetuk pintu hatimu, dia akan pergi dari halaman cinta itu, dan mencoba merangkak meneruskan perjalanannya..doakan kepergiannya, duhai hati yang kucintai…


Bila dia sudah jauhhh…jauuuuuuuuuuhhh sekali…maka ingatlah,,bahwa dulu sampai sekarang, dia adalah pemujamu, dia adalah hati yang selalu menunggu kehadiranmu dan hatimu
Agar dia bisa tersenyum melanjutkan langkahnya
»» READ MORE..

Ini Baru Kata-Kata Cinta

  1. LOVE IS A GAME THAT TWO CAN PLAY AND BOTH WIN – EVA GABOR (Cinta itu sebuah permainan yang dimainkan oleh dua orang dan dimenangkan oleh dua orang tersebut)
  2. LOVE IS NOT WHAT THE MIND THINKS BUT WHAT THE HEART FEELS – GREG EVANS (Cinta itu bukan apa yang dipikirkan oleh akal; tapi cinta adalah apa yang dirasakan oleh hati)
  3. TO LOVE FOR THE SAKE OF BEING LOVED IS HUMAN, BUT TO LOVE FOR THE SAKE OF LOVING IS ANGELIC – ALPHONSE DE LEMARTINE (Mencintai demi dicintai itu sifat manusia, tapi mencintai demi mencintai itu sifat malaikat)
  4. DO WHAT YOU LOVE AND THE MONEY WILL FOLLOW – MARSHA SINETAR (Kerjakan apa yang kau cintai dan uang akan mengikuti)
  5. LIFE HAS TAUGHT US THAT LOVE DOES NOT CONSIST IN GAZING AT EACH OTHER, BUT LOOKING OUTWARD TOGETHER IN THE SAME DIRECTION – ANTOINE DE SAINT-EXUPERY (Hidup telah mengajarkan kita bahwa cinta tidak berisi "saling memandang", tapi cinta berisi "bersama-sama melihat satu arah yang sama")
  6. BE GLAD OF LIFE BECAUSE IT GIVES YOU THE CHANCE TO LOVE, TO WORK, TO PLAY AND TO LOOK UP AT THE STARS – HENRY VAN DYKE (Syukurilah hidup, karena hidup memberimu kesempatan untuk mencintai, bekerja, bermain dan memandang bintang-bintang)
  7. LOVE AND EGGS ARE BEST WHEN THEY ARE FRESH - RUSSIAN PROVERB (Cinta dan telur itu sangat baik jika keduanya masih segar)
  8. LOVE MAKES THE TIME PASS. TIME MAKES LOVE PASS – FRENCH PROVERB (Cinta bisa membuat waktu terlewati. Dan Waktu pun bisa membuat cinta terlewati)
  9. A WOMAN WHO PRETENDS TO LAUGH AT LOVE IS LIKE A CHILD WHO SINGS AT NIGHT WHEN HE IS AFRAID – ANONYMOUS (Seorang wanita yang berpura-pura menertawai cinta itu seperti seorang anak kecil yang menangis di malam hari karena ketakutan)
  10. CHILDREN NEED LOVE, ESPECIALLY WHEN THEY DON'T DESERVE IT – ANONYMOUS (Anak-anak membutuhkan cinta, khususnya ketika mereka tidak layak mendapatkannya)
  11. HE WHO TRIES TO FORGET A WOMAN, NEVER LOVED HER – ANONYMOUS (Seorang pria yang mencoba melupakan perempuan, berarti ia tak pernah mencinta perempuan tersebut)
  12. IT IS BETTER TO HAVE LOVED AND LOST, THAN TO HAVE HATED AND WON – ANONYMOUS (Lebih baik pernah mencitai dan pernah kalah (dalam cinta), daripada pernah membenci dan menang (akan cinta).
  13. IT'S MUCH EASIER TO TURN A FRIENDSHIP INTO LOVE, THAN LOVE INTO FRIENDSHIP – ANONYMOUS (Lebih mudah mengubah persahabatan menjadi cinta, daripada mengubah cinta menjadi persahabatan)
  14. LONELY IS A MAN WITHOUT LOVE – ANONYMOUS (Kesunyian adalah seorang manusia tanpa cinta)
  15. LOVE CAN CURE HEARTBREAKS, MISFORTUNE, OR TRAGEDY. IT IS THE ETERNAL COMPANION – ANONYMOUS (Cinta dapat mengobati patah hati, kesialan, atau sebuah tragedi. Cinta itu sahabat abadi)
  16. LOVE HAS NOTHING TO DO WITH WHAT YOU ARE EXPECTING TO GET, IT'S WHAT YOU ARE EXPECTED TO GIVE ? WHICH IS EVERYTHING – ANONYMOUS (Cinta tidak memiliki apapun yang ingin kau dapatkan, tapi cinta memiliki semua yang ingin kau berikan)
  17. NO ONE IN LOVE IS FREE, OR WANTS TO BE – ANONYMOUS (Tidak ada seoarangpun orang yang jatuh cinta merasa bebas, atau ingin bebas)
  18. REMEMBER THAT GREAT LOVE AND GREAT ACHIEVEMENTS INVOLVE GREAT RISK – ANONYMOUS (Ingatlah bahwa cinta dan prestasi yang besar melibatkan resioko yang besar pula)
  19. SOMETIMES A NEW LOVE COMES BETWEEN OLD FRIENDS. SOMETIMES THE BEST LOVE WAS THE ONE THAT WAS ALWAYS THERE – ANONYMOUS (Terkadang cinta yang baru malah datang dari kawan lama. Terkadang kekasih yang baik adalah orang yang selalu ada untuk kita)
  20. THE HEART THAT LOVES IS ALWAYS YOUNG – ANONYMOUS (Hati yang mencinta itu akan selalu awet muda)
  21. TO BE LOVED IS TO LIVE FOREVER IN SOMEONE'S HEART – ANONYMOUS (Dicintai itu bermakna "Hidup abadi di hati seseorang")
  22. WE CAN DO NO GREAT THING, ONLY SMALL THINGS, WITH GREAT LOVE – ANONYMOUS (Kita hanya bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar)
  23. WE MAY GIVE WITHOUT LOVING, BUT WE CANNOT LOVE WITHOUT GIVING – ANONYMOUS (Kita mungkin memberi tanpa mencintai, tapi kita tidak akan mencintai tanpa memberi)
  24. WHERE WE LOVE IS TRULY HOME; HOME THAT OUR FEET MAY LEAVE, BUT NOT OUR HEARTS – OLIVER WINDELL HOLMES (Tempat yang paling kita cintai adalah rumah; rumah dimana kaki kita bisa saja meninggalkannya, tapi hati kita tak bisa melupakannya)
  25. WITHOUT LOVE INTELLIGENCE IS DANGEROUS; WITHOUT INTELLIGENCE LOVE IS NOT ENOUGH – ANONYMOUS (Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya; dan tanpa kecerdasa, cinta itu tidak cukup)
  26. THINGS ARE BEAUTIFUL IF YOU LOVE THEM - JEAN ANOUILH (Segala hal itu akan indah jika kita mencintanya)
  27. LOVE SHOULD BE A VEHICLE ALLOWED TO TRAVEL WITHOUT LIMITATIONS - MARVIN J. ASHTON (Cinta seharusnya jadi kendaraan yang membawa kita bepergian tanpa batas)
  28. IT IS IMPOSSIBLE TO LOVE AND BE WISE - FRANCIS BACON (Sangat tidak mungkin mencintai dan sekaligus menjadi bijak)
  29. TRUE LOVE IS WHEN YOUR HEART AND YOUR MIND ARE SAYING THE SAME THING – LEANNA L. BARTRAM (Cinta sejati adalah ketika hatimu dan pikiranmu mengatakan hal yang sama)
  30. LOVE THY NEIGHBOR AS YOURSELF, BUT CHOOSE YOUR NEIGHBORHOOD - LOUISE BEAL (Cintailah tetanggamu seperti mencintai dirimu sendiri; tapi pilihlan (baik-baik) tetanggamu itu)
  31. WE NEVER KNOW THE LOVE OF OUR PARENTS FOR US TILL WE HAVE BECOME PARENTS -HENRY WARD BEECHER (Kita tidak akan tahu rasa cinta kedua orangtua kita (terhadap kita), sampai kita menjadi orang tua)
  32. THE MOST IMPORTANT THINGS TO DO IN THE WORLD ARE TO GET SOMETHING TO EAT, SOMETHING TO DRINK AND SOMEBODY TO LOVE YOU - BRENDAN BEHAN (Hal yang paling penting dilakukan di dunia ini adalah mendapatkan makanan, minuman dan seseorang yang mencintaimu)
  33. LOVE LOOKS THROUGH A TELESCOPE; ENVY, THROUGH A MICROSCOPE - JOSH BILLINGS (Cinta melihat melalui Teleskop, sedang "cemburu", melihat melalui mikroskop)
  34. AFTER OBSERVING THE LOVED AND THE UNLOVED, WE FOUND THE LOVED ONES RARELY TRIED TO MANIPULATE OTHERS - W. W. BROADBENT, MD, PHD (Setelah meneliti orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai, kami menemukan orang yang dicintai jarang sekali mencoba menipu orang lain)
  35. WHERE THERE IS GREAT LOVE, THERE ARE ALWAYS MIRACLES - WILLA SIBERT CATHER (Di mana ada cinta yang besar, pasti selalu ada keajaiban)
  36. BETTER TO LOVE AMISS THAN NOTHING TO HAVE LOVED - GEORGE CRABBE (Lebih baik keliru mencintai daripada tidak pernah sama sekali merasakan cinta)
  37. OVERCOME THE DEVILS WITH A THING NAMED LOVE – BOB MARLEY (Atasi setan yang bernama "CINTA")
  38. WHEN YOU SIT WITH A NICE GIRL FOR TWO HOURS, YOU THINK IT’S ONLY A MINUTE. BUT WHEN YOU SIT ON A HOT STOVE FOR A MINUTE, YOU THINK ITS TWO HOURS. THAT’S RELATIVITY – ALBERT EINSTEIN (Ketika kau duduk dengan seorang gadis cantik selama dua jam, kau merasa itu cuma semenit. Tapi ketika kau duduk di atas perapian (kompor), kau merasa itu dua jam. Itulah yang dinamakan hukum relativitas)
  39. LOVE IS COMPOSED OF A SINGLE SOUL INHABITING TWO BODIES – ARISTOTLE (Cinta dibentuk oleh satu jiwa yang dihuni oleh dua raga)
  40. THOUSANDS OF CANDLES CAN BE LIGHTED FROM A SINGLE CANDLE, AND THE LIFE OF THE CANDLE WILL NOT BE SHORTENED. HAPPINESS NEVER DECREASES BY BEING SHARED – BUDDHA (Ribuan lilin bisa dinyalakan dengan satu lilin, dan hidup lilin tidak akan pendek. Kebahagiaan tidak akan berkurang meski setiap saat dibagi-bagi)
  41. HATRED DOES NOT CEASE BY HATRED, BUT ONLY BY LOVE; THIS IS THE ETERNAL RULE – BUDDHA (Kebencian tidak akan berhenti dengan kebencian lagi; hanya dengan cinta; ini adalah aturan yang abadi)
  42. EVER HAS IT BEEN THAT LOVE KNOWS NOT ITS OWN DEPTH UNTIL THE HOUR OF SEPARATION – KAHLIL GIBRAN (Cinta tidak akan pernah diketahui kedalamannya sampai (merasakan) jam-jam perpisahan)
  43. LIFE WITHOUT LOVE IS LIKE A TREE WITHOUT BLOSSOM AND FRUIT – KAHLIL GIBRAN (Hidup tanpa cinta itu ibarat pohon tanpa bunga dan buah)
  44. IF YOU LOVE SOMEBODY, LET THEM GO, FOR IF THEY RETURN, THEY WERE ALWAYS YOURS. AND IF THEY DON’T, THEY NEVER WERE – KAHLIL GIBRAN (Jika kau mencintai seseorang, biarkanlah ia pergi; karena jika ia kembali, ia akan menjadi milikmu. Namun jika dia tidak kembali, ia tidak pernah jadi milikmu)
  45. MY FATHER ALWAYS TOLD ME, "FIND A JOB YOU LOVE AND YOU'LL NEVER HAVE TO WORK A DAY IN YOUR LIFE." - JIM FOX (Ayahku salalu bilang padaku, "Carilah kerja yang kau cintai, dan kau tidak akan pernah (merasa) harus bekerja seharian dalam hidupmu")
  46. LOVE AND COUGH, CANNOT BE HID – GEORGE HERBERT (Cinta dan batuk (sama-sama) tidak bisa disembunyikan)
  47. LOVE IS ABSOLUTE LOYALTY. PEOPLE FADE, LOOKS FADE, BUT LOYALTY NEVER FADES. YOU CAN DEPEND SO MUCH ON CERTAIN PEOPLE – SYLVESTER STALLONE (Cinta itu kesetiaan yang mutlak. Orang-orang memudar, tampang memudar, tapi kesetiaan tidak akan pernah pudar. Kau bisa tergantung pada orang-orang tertentu)
  48. IF YOU WOULD BE LOVED, LOVE AND BE LOVABLE – BENJAMIN FRANKLIN (Jika kau ingin dicintai, mencintai dan bisa dicintai
  49. THE COURSE OF TRUE LOVE NEVER DID RUN SMOOTH – WILLIAM SHAKESPEARE (Jalan [menuju] cinta sejati tidak akan pernah mulus)
  50. THERE IS ONE HAPPINESS IN LIFE—TO LOVE AND BE LOVED – GEORGE SAND (Tidak ada satu kebahagiaan dalam hidup, kecuali mencintai dan dicintai)
  51. WHEN YOU’RE IN LOVE YOU CAN’T FALL ASLEEP BECAUSE REALITY IS FINALLY BETTER THAN YOUR DREAMS – DR. SEUS (Ketika kau jatuh cinta, kau tidak akan bisa tertidur karena kenyataan akhirnya lebih (jelas) daripada mimpumu)
  52. YOU COME TO LOVE NOT BY FINDING THE PERFECT PERSON, BUT BY SEEING AN IMPERFECT PERSON PERFECTLY – SAM KEEN Kau mulai mencintai bukan karena menemukan seorang yang sempurna, tapi dengan sempurna melihat orang yang tak sempurna)
  53. THE BEST AND MOST BEAUTIFUL THINGS IN THE WORLD CANNOT BE SEEN OR EVEN TOUCHED. THEY MUST BE FELT WITH THE HEART – HELLEN KELLER (Hal-hal terbaik dan terindah di dunia ini tidak bisa dilihat atau disentu. Semuanya itu harus dirasakan dengan hati)
  54. IN DREAMS AND IN LOVE THERE ARE NO IMPOSSIBILITIES – JANOS ARNAY (Dalam mimpi dan cinta, tidak ada yang namanya ketidakmungkinan)
  55. DO I LOVE YOU BECAUSE YOU’RE BEAUTIFUL, OR ARE YOU BEAUTIFUL BECAUSE I LOVE YOU? – OSCAR HAMMERSTEIN II (Apakah aku mencintaimu karena engkau cantik, atau apakah kau cantik karena aku mencintaimu?)
  56. WHERE THERE IS LOVE THERE IS LIFE – MOHANDAS K. GANDHI (Dimana ada cinta, disitu ada kehidupan)
  57. IN THE ARTHMETIC OF LOVE, ONE PLUS ONE EQUALS EVERYTHING, AND TWO MINUS ONE EQUALS NOTHINGS – MIGNON MCLAUGHLIN (Dalam ilmu Artmetika Cinta, satu tambah satu sama dengan segalanya; dan dua dikurangi satu sama dengan tidak ada)
  58. THE HARDEST THING TO DO IS WATCH THE ONE YOU LOVE, LOVES SOMEONE ELSE – ANONYMOUS (Hal paling berat 'tuk dilakukan adalah melihat orang yang kau cinta, mencintai orang lain)
  59. IF YOU LOVE ME, LET ME KNOW. IF NOT, PLEASE LET ME GO – ANONYMOUS (Jika kau mencintaiku, biarkanlah aku tahu. Tapi jika tidak, tolong biarkan aku pergi)
  60. FALLING IN LOVE IS AWFULLY SIMPLE, BUT FALLING OUT OF LOVE IS SIMPLY AWFUL – ANONYMOUS (Jatuh cinta itu sangat sederhana, tapi jatuh karena cinta itu sungguh mengerikan)
  61. LOVE IS AN EMOTION EXPERIENCED BY THE MANY AND ENJOYED BY THE FEW – GEORGE JEAN NATHAN (Cinta adalah emosi yang dialami oleh banyak orang dan dinikmati oleh sedikit orang saja)
  62. LOVE IS AS MUCH AN OBJECT AS AN OBSESSION, EVERYBODY WANTS IT, EVERYBODY SEEKS IT, BUT FEW EVER ACHIEVE IT, THOSE WHO DO WILL CHERISH IT, BE LOST IN IT, AND AMONG ALL, NEVER FORGET IT – CURTIS JUDALET (Cinta itu adalah sebuah obyek seperti obsesi; setiap orang menginginkannya, setiap orang mencarinya, tapi sedikit orang yang mendapatkannya; orang yang pernah melakukannya akan selalu menghargai cinta, tersesat di dalamnya; dan tidak akan melupakannya)
  63. WHEN THE POWER OF LOVE OVERCOMES THE LOVE OF POWER, THEN THERE WILL BE TRUE PEACE - SRI CHIN MOI GOSH (Ketika kekuasaan cinta menguasai cinta kekuasaan, akan ada kedamaian sejati)
  64. IT IS NOT A LACK OF LOVE, BUT A LACK OF FRIENDSHIP THAT MAKES UNHAPPY MARRIAGES - FRIEDRICH NIETZSCHE (Bukan karena kurang cinta, tapi kurang persahabatan yang membuat pernikahan tidak bahagia)
  65. LIFE IS LIKE A PHONE CALL WITH A LOVED ONE. WHEN IT IS CUT SHORT, WE REALIZE HOW MUCH OF IT WE HAVE WASTED - KLBSEAGUL (Hidup itu ibarat telepon dari sang kekasih. Ketika terputus tiba-tiba, kita sadar berapa banyak waktu yang telah disia-siakan)
  66. BEING DEEPLY LOVED BY SOMEONE GIVES YOU STRENGHT, WHILE LOVING SOMEONE DEEPLY GIVES YOU COURAGE - LAO TZU (Sangat dicintai oleh seseorang membuatmu memiliki kekuatan; sementara sangat mencintai seseorang membuatmu memiliki keberanian)
»» READ MORE..

Jumat, 25 Mei 2012

Untitled

So, setelah beberapa bulan lalu gua ga pernah nginget lu sama sekali.
Jika lu masih bisa mendengar beberapa suara gua, maafin karena gua ga pernah ngirimin beberapa do'a-do'a buat lu selama beberapa bulan terakhir ini.
Jika lu masih bisa melihat  apa yg gua lakuin, maafin karena gua ga pernah terlihat bersedih buat lu selama beberapa bulan terakhir.
Jujur, malem ini gua keinget lu.
Terima Kasih gua masih lu berikan sesuatu buat gua bisa mikirin lu lagi.
Gua selalu nyesel, kenapa dulu gua mutusin lu.
Maafin gua, gua ga tau sesuatu yg akan terjadi setelahnya.
Maafin juga karena keterlambatan gua mengetahui sesuatu itu.
Tapi walaupun seandainya tau, gua juga ga mungkin bisa menyela takdir.
Gua selalu mau bilang makasih buat lu.
Terutama karena lu bisa ngerubah gua menjadi seperti sekarang, seiandainya tanpa lu gua pasti bakal lebih rusak dari sekarang.
Buat lu yg disana, terima kasih.
Dan buat lu yg disana, gua harap lu udah tenang.
Seandainya lu sekarang ada di sekitar gua, gua yakin ada sesuatu yg mau lu katakan ke gua.
Tapi maaf gua ga mungkin bisa dengerin apa yg mau lu ucapin.
Sekarang kita beda DUNIA.
Gua harap pesan ini sampe ke lu.
Terima Kasih.
I'LL NEVER FORGET YOU...
V***
»» READ MORE..

Selasa, 24 April 2012

Letter

Aku akan selalu merindukannya. Semua tentang dirinya. Tentang bagaimana ia meyakinkan aku lewat sinar bola matanya yang cerah dan menampakkan ketegasan. Tentang bagaimana ia memaparkan semua mimpi-mimpinya lewat bibir mungil yang selalu menebarkan liukan senyum yang indah.  Tentang bagaimana ia mendengarkan semua keluh kesahku dan menyeretku ke dunia yang tak pernah aku kunjungi sebelumnya.
Rambutnya yang panjang dan hitam berkilau. Matanya yang bulat dan bersinar bagai batu rubi yang tersiram sinar matahari. Kulitnya yang putih bersih bagai pualam. Suaranya yang menyejukkan bak semilir angin malam yang berhembus di siang bolong. Aku sungguh tak dapat melupakannya.
Aku masih ingat ia sering mengajakku duduk di halaman belakang sekolah. Sebuah tempat sakral yang jarang sekali dikunjungi siswa lain selain kami berdua. Sebuah tempat dimana ia sering mengutarakan segala keinginannya padaku.
“Lo pengen jadi apa setelah lulus nanti?” tanyanya sambil terus melahap Souffle Apricot Almond yang dibawanya dari rumah.
Aku terdiam. Sejujurnya aku tak pernah memikirkan itu. “Entah.”
“Entah? Lo pelajar putih abu-abu semester akhir dan lo nggak tau mau pergi kemana setelah ini?”
“Gua nggak pernah berpikir untuk melanjutkan kuliah. Bokap gua cuma buruh kontruksi dan nyokap gua cuma buruh cuci yang jualan kue di waktu senggang. Gua harus jadi apa?”
“Ya lo harus jadi bos dari sebuah perusahaan kontruksi atau jadi pengusaha kue terkenal!” serunya.
Aku menatapnya tak percaya. Apa yang ada di pikiran gadis ini sebenarnya?
“Gua tau lo punya latar belakang ekonomi yang buruk. Tapi, coba liat diri lo. Lo itu pintar Surya! Lo bisa ambil beasiswa bahkan mungkin beasiswa keluar negeri?”
“Itu berlebihan.”
“Nggak ada yang berlebihan. Bob Sadino dulunya jualan kue keliling kampung, tapi sekarang justru orang-orang kampung itu memuji namanya.” Gadis disampingku ini menyuap lagi Souffle-nya. “Lo cuma butuh tekad dan rasa percaya diri kok,” tambahnya.
Aku terdiam mencerna kata-katanya. Dan aku menyadari, semua perkataannya benar.
Setelah hari itu, aku jarang lagi bertemu dengannya. Waktu ujian yang semakin dekat membuatnya harus sering mengambil waktu pelajaran tambahan di tempat bimbingan belajarnya atau mengambil waktu untuk privat. Pertemuan kami jadi hanya sebatas bercakap-cakap di depan pintu kelas atau saling menyapa saat bertemu di koridor sekolah.
Aku sendiri bertekad untuk membuatnya bangga padaku. Aku belajar lebih keras setiap malam. Mengambil jadwal belajar tambahan dengan mengadakan belajar kelompok bersama teman-temanku, hingga merogoh uang tabunganku untuk membeli suplemen vitamin penambah daya ingat.
Untungnya, usahaku tidak sia-sia. Ujian berlangsung kemudian, dan hasil yang aku dapat cukup memuaskan. Paling tidak, aku berada di antara daftar 2o anak dengan nilai terbaik satu sekolah. Kulihat namanya berada jauh di atasku. Ia berhasil meraih peringkat lima. Luar biasa.
Tekadku untuk membuatnya bangga padaku tak berhenti sampai disitu. Ku ikuti lagi beberapa tes beasiswa baik dalam maupun luar negeri. Meski masih tak jelas akan memilih jurusan apa, paling tidak aku harus mendapatkan beasiswa itu.
Esoknya, aku berniat untuk bertandang kerumahnya. Sudah hampir dua bulan sibuk dengan kegiatan masing-masing, aku jadi benar-benar melupakannya dan baru menyadari kalau aku begitu merindukannya. Dengan baju terbaik yang aku miliki, dan sekotak coklat ukuran kecil, ku tekan bel bel   pintu rumahnya dan seorang wanita paruh baya dengan kebaya coklat mendatangiku sambil tergopoh-gopoh. Dia Bi Sumi. Pembantu disana.
“Cari non Chiara ya?” tanyanya sudah mengenaliku.
Aku mengangguk. “Chiaranya ada?”
“Wah maaf nak Surya. Non Chiara nya lagi dirawat di rumah sakit. Nak Surya nggak tau?”
“Rumah sakit?” aku mengulangi.
Bi Sumi mengangguk. “Non Chiara kena kanker otak, nak Surya. Sudah seminggu ini katanya Bapak sama Ibu belum keluar dari ICU. Keadaannya lagi kritris.”
Deg. Kalimat terakhir yang di ucapkan Bi Sumi dengan cepat menusuk dadaku. Tenggorokanku terasa tercekat. Jantungku berdegup kencang dan nafasku naik turun tak beraturan. Ku jatuhkan kotak coklat itu di lantai dan dengan cepat ku berlari menuju rumah sakit. Menuju ruang ICU.
Disana, aku berhasil menemui Tante Ida. Wajah wanita paruh baya itu nampak tirus dan pucat. Di bawah bola matanya terdapat kantung yang tebal dan sembab. Ia pasti terus menangis semalaman. Sementara Oom Anwar, baru keluar dari dalam ruangan ketika aku tiba. Ia mengenaliku.
“Surya?” tanyanya memastikan.<span class="fullpost">
Aku berjalan menghampiri mereka. “Chiara kenapa Oom, Tante?” tanyaku tanpa basa-basi.
Oom Anwar menatap istrinya. “Begini Surya. Chiara, divonis menderita kanker otak stadium akhir.”
“Stadium akhir?”
Oom Anwar mengangguk. “Kemungkinan terburuk yang akan ia dapatkan adalah, hidupnya mungkin hanya dua bulan lagi.”
Lagi-lagi kalimat terakhir itu menohok jantungku. Badanku terasa lemas dan aku merasa kepalaku begitu berat. Perutku terasa mual dan ingin rasanya aku meninju sesuatu sekarang. Ku intip sosok Chiara yang terbaring lemah dari jendela kaca pintu. Ku tarik nafas dalam-dalam dan ku buka pintu ruang ICU perlahan.
Seketika, suasana dingin yang dipenuhi bau alkohol menyambutku. Aku benci suasana ini. Begitu menegangkan dan mencekam. Seakan-akan aku merupakan satu-satunya orang yang hidup di dalam rumah seorang zombie.
Ku langkahkan kakiku mendekati ranjang. Dan barulah terlihat jelas wajah Chiara yang tengah memakai tabung oksigen. Di sampingnya, ada monitor pemancar denyut jantung yang bunyi ‘bip-bip’ nya bagaikan bunyi suara gaungan singa yang kelaparan dan kau akan merasa ketakutan bila berada di dekatnya. Beberapa kabel lain terhubung ke dadanya. Selang infus mengalir menuju nadi kanannya. Dan senyumnya… ya Tuhan, bahkan disaat seperti ini senyum itu pun tak hilang dari wajah cantiknya.
“Chiara,” panggilku lirih. “Ini gua Surya. Betapa bodohnya gua memperkenalkan diri gua sendiri ke elo padahal gua yakin lo mengenali suara gua.” Aku tertawa kecil. Tanganku menggenggam erat tangan Chiara.
“Ra, dulu lo pernah nanya ke gua tentang apa yang bakal gua lakuin sehabis gua keluar dari sekolah kan?” aku menatap wajahnya. “Sekarang, gua tau apa yang bakal gua lakuin, Ra. Gua… pengen jadi seorang dokter. Gua pengen ngobatin orang yang sakit terutama elo. Gua pengen ngeliat lo sembuh. Gua nggak mau ngeliat lo begini. Gua mau ngeliat senyum lo lagi. Kalau gua jadi dokter nanti, gua janji gua bakal ngobatin lo dan ngerawat lo sampai sembuh.” Aku menelan ludah. Tak terasa air mata mengalir deras melewati pipiku.
“Ra, gua… gua sayang sama lo, Ra. Gua nggak mau kehilangan lo. Gua nggak suka ngeliat lo begini. Lo harus bangun, Ra!” seruku kesal. Kesal karena Chiara sepertinya tak mendengar semua ucapanku, kesal karena Tuhan membiarkan gadis seperti Chiara harus berjuang melawan penyakitnya.
Aku menunduk. Genggaman tanganku semakin erat pada tangan Chiara. Dan tak lama, kuarasakan ada yang bergerak. Tangan Chiara! Tangan Chiara bergerak untuk membalas genggamanku.
Aku mengangkat lagi kepalaku. Ku lihat Chiara perlahan membuka matanya. Pelan-pelan, dan dia menatapku. Senyumnya mengembang dan sinar matanya yang cerah kembali menghiasi wajahnya yang pucat.
Aku menghapus air mataku. “Hai, Ra,” sapaku berusaha tegar.
“Hai, Sur…ya,” jawabnya terbata. “Gua… dengar semua…nya. Tentang… mimpi lo,” tambahnya pelan.
Aku mengangguk. “Gua mau jadi dokter, Ra. Gua mau nyembuhin lo. Tolong, sampai waktu itu datang, lo harus bertahan buat gua.”
Chiara mengangguk. “Gua… menunggu, Surya. Gua... menunggu,” katanya sambil setengah terpejam.
Aku terdiam. Lagi-lagi air mataku mengalir. Aku sadar, Chiara baru pulih. Tak seharusnya aku mengajaknya berbicara seemosional ini. Aku harus membiarkannya beristirahat.
Setelah hari itu, ku dengar keadaan Chiara jauh lebih baik. Ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap dan para dokter berkata kalau ini merupakan mukjizat. Tapi meski begitu, tubuh Chiara menjadi sangat kurus setiap harinya. Ia tidak nafsu makan dan sering terjaga tiap malam.
“Lo harus makan, Ra,” suruhku di satu waktu.
“Nggak mau.” Chiara menggeleng. “Lo bilang gua jelek kalo lagi gendut, sekarang gua mau kurus.” Ia terkekeh kemudian. Tawanya memang tak pernah hilang sepanjang waktu. Begitu juga senyumnya yang selalu mengembang setiap harinya. Membuatku yakin kalau Chiara akan baik-baik saja.
Acara perpisahan tiba. Sekaligus hari dimana akan diumumkannya hasil dari tes beasiswa yang telah dilaksanakan oleh beberapa instansi sekolah. Aku sudah persiapkan diri untuk hasil yang terburuk. Biar bagaimanapun, aku sudah berusaha maksimal.
Chiara tidak hadir dalam acara itu. Dokter melarangnya ikut dengan alasan ia masih belum cukup kuat untuk duduk berlama-lama di dalam ruangan. Aku datang bersama ibuku pagi itu. Dengan kemeja lungsuran dari ayah yang biasa digunakannya untuk melamar pekerjaan dulu, serta sepatu dan jas hitam hasil pinjaman dari majikan ibu, aku duduk di ruangan itu dengan perasaan tidak karuan.
Ibu bilang, aku bisa lulus saja sudah merupakan anugrah yang terindah untuknya yang hanya lulusan sekolah dasar. Tapi aku ingin lebih dari itu. aku ingin mendapatkan beasiswa itu meski aku tak benar-benar yakin pada diriku sendiri.
Acara dimulai. Begitu membosankan. Sejak awal hingga akhir acara yang ada hanyalah sambutan. Entah dari kepala sekolah, wakil kesiswaan, beberapa guru bidang studi, atau pidato anak-anak yang memiliki nilai terbaik satu sekolah. Kalaupun ada pertunjukkan, hanya sebuah pertunjukkan kecil yang dimainkan oleh anak-anak kelas 10  dan 11 yang bahkan tak aku kenali siapa mereka. Sampai akhirnya, salah seorang guru BP naik ke atas podium dan mengatakan kalau beliau akan menyebutkan nama anak yang akan mendapatkan beasiswa.
“Hanya ada tiga orang,” katanya dari microphone. “Yang pertama saya panggil, Maura Arinadya dari kelas 12 Bahasa-1”
Seketika ruangan berubah meriah. Kata ‘selamat’ terdengar riuh mengiringi langkah kaki seorang gadis dengan balutan kebaya hijau menuju ke atas panggung. Ia tak henti mengumbar senyum.
“Yang kedua, dari 12 IPS-3, Bagus Andrea.”
Lagi-lagi ruangan terdengar riuh. Bagus berjalan dengan mantap menuju ke atas panggung setelah sebelumnya ia sempat menyalami tangan ibunya.
“Dan yang terakhir, dari 12 IPA-1.” Si guru menghentikan kata-katanya sejenak. “Surya Kurniawan.”
Dapat kurasakan jantungku lepas dari tempatnya sekarang. Mulutku menganga dan aku begitu senang sampai tak tau apa yang harus aku lakukan. Beberapa temanku menepuk pundakku dari belakang, memberi selamat. Ibuku menatapku bangga. Aku bangkit dari tempat dudukku dan perlahan berjalan menuju panggung. Tepuk tangan masih menggema dan dapat aku dengar riuh suara teman-teman sekelasku meneriaki namaku.
Kepala sekolah maju kemudian. Menyerahkan piagam, trophy, dan juga tanda bukti berupa cek yang bisa aku cairkan setelah aku masuk ke perguruan tinggi negeri. Aku begitu bahagia. Kata-kata Chiara akirnya jadi kenyataan.
Sepulang dari acara, aku langsung berlari menuju rumah sakit. Dan langkah kakiku terhenti ketika melihat ranjang Chiara telah bersih. Aku bertanya pada suster yang berada disana dan mereka mengatakan kalau Chiara sudah pulang beberapa menit yang lalu. Ini hebat. Aku mendapatkan beasiswa dan Chiara akhirnya diizinkan pulang. Aku harus merayakannya.
Rumah Chiara begitu ramai ketika aku tiba. Belasan mobil terparkir memenuhi pelataran hingga ke jalan disekitarnya. Beberapa orang dengan pakaian hitam berlalu lalang. Bendera kuning melambai tepat didepan rumah berlantai dua itu. Aku terpaku. Ada apa ini sebenarnya?
Ku terobos kerumunan pengunjung yang menyemut di halaman, ku langkahkan kakiku menuju ruang tamu tanpa permisi. Dan disana, di bagian tengah ruangan itu, kulihat Tante Ida tengah menangis di depan tubuh seseorang yang tengah tertidur lelap dalam balutan kain batik. Di belakangnya, Oom Anwar menenangkan. Sesekali memeluk istrinya penuh kasih.
Aku melangkah mendekat. Piagam dan trophy masih berada di tanganku. Dengan tangan gemetar, ku singkap kain penutup wajah orang yang tengah tertidur itu. Dan seketika itu, aku terkesiap. Ia Chiara. Orang yang tengah tertidur itu Chiara.
Wajah gadis itu nampak tirus namun tenang dalam tidur panjangnya. Kulitnya yang putih bersih, nampak lebih pucat sekarang. Satu hal yang tak berubah. Senyum itu. Senyum yang selalu membangkitkan segala rasa optimis dan keyakinan dalam diri siapa saja yang melihatnya. Senyum yang selalu jadi pelengkap kecantikannya. Senyum itu, meski kali ini nampak begitu kaku, namun tetap terlihat tegas dan manis. Senyum itu, aku akan selalu merindukannya.
Bahkan hingga saat ini. Ketika aku telah mengganti seragam putih abu-abuku dengan jas putih dan stetoskop yang menggantung di leherku. Ketika aku sudah mampu mengobati orang lain dengan kanker otak yang bersarang ditubuh mereka. Ketika aku duduk disini, di depan pusaranya. Di depan pahatan indah bertuliskan nama ‘Chiara Hakim.’
Terima kasih, Chiara. Karena sudah mengizinkanku melihat mata paling cerah yang tak pernah dimiliki siapapun. Karena sudah mau memperlihatkan senyuman paling indah yang tak pernah dimiliki siapapun. Karena sudah mau mengajarkanku untuk menjadi orang yang optimis dalam menjalani hidup ini. Semua ini, untukmu Chiara. Pengabdianku, untuk menghilangkan rasa penyesalanku karena tak berhasil menyelamatkan hidupmu. Terima kasih Chiara, untuk pernah menjadi sahabatku. Aku akan selalu merindukanmu.

Salam sahabatmu, Dr. Surya Kurniawan.

Created By : SAS
</span>
»» READ MORE..

Minggu, 22 April 2012

Maaf


Suasana sekolah jam-jam segini memang lumayan sepi, karena memang jam pelajaran sudah selesai. Tinggal Aku dan Vira yang masih setia duduk-duduk di taman sekedar menunggu matahari agak turun ke barat. “Vir, aku boleh minta tolong nggak?”, tanyaku setengah memelas. “Minta tolong apaan?”, jawab Vira masih serius dengan komik ditangannya. “Kamu masih inget Luna kan? Mantanku yang sekarang pengen banget baikkan sama aku?” “Hem,,,trus?” “Dia nggak bakalan nyerah bikin aku nerima dia lagi” “Terus” “Aku tuh risih banget sama sikap dia akhir-akhir ini. Dia tuh kayak satpam aku aja. Segala urusanku dia tau” “Terus?” “Dia bakalan bener-bener mundur kalo aku udah punya cewek dan dia harus tau siapa cewek itu” “Terus?” “Kok terus-terus sih. Sebenernya kamu dengerin ceritaku nggak sih”. Akhirnya Vira menutup komiknya. “Iya aku dengerin. Sekarang kamu maunya apa?” “Aku mau minta tolong kamu. Aku mau kamu pura-pura jadi cewekku. Terus aku kenalin ke Luna. Dengan begitu Luna nggak akan ganggu aku lagi” “Apa !!!”, Vira kaget mendengarnya. “Nggak usah screaming gitu napa sih? Biasa aja lagi” “Emang nggak ada ide laen”. Aku menggeleng. “Kenapa sih mesti aku? Gimana kalo Putri aja. Dia kan cantik, tinggi, pinter. Serasi banget deh sama kamu. Lagian kamu kan juga akrab sama dia. Jadi kalo ngomong masih nyambung” “Nggak bisa, Vir.  Kalo kamu kan udah tau ceritanya dari awal. Jadi kalo ada apa-apa paling nggak kamu bisa mengantisipasi”, aku terus memberi alasan. “Sori, Rik, tapi aku nggak bisa” “Kenapa, Vir? Masa kamu nggak mau nolongin sahabat kamu sih?” “Bukannya nggak mau , Rik. Tapi nggak bisa” “Terus alasannya apa?” “Aku nggak bisa nanggung resikonya. Kamu yakin, kalo Luna tau kamu udah punya cewek, dia akan ngejauhin kamu? Kalo dia kirim intel buat mata-matain kamu gimana? Terus kalo dia tahu ini cuma bo’ongan gimana?”. Kami terdiam sejenak. “Ya udah kalo kamu nggak mau nolongin aku”, kataku agak kecewa. “Idih di bilang nggak bisa, bukannya nggak mau” “Ye,,,sama aja kan?” “Nggak sama lagi” “Whatever lah. Mau pulang bareng nggak? Udah nggak panas nih”. Vira mengangguk kemudian mengikuti langkahku.
            Sudah 3 hari semenjak kejadian di sekolah sore itu, aku dan Vira tidak pernah membahasnya lagi. Aku dan Vira sudah bersahabat sejak 1,5 tahun yang lalu. Tepatnya setelah kami masuk SMA yang sama. Vira adalah orang kepercayaanku. Aku selalu menceritakan apa yang ku alami padanya. Dan Vira selalu memberi solusi bagi masalahku atau hanya sekedar pendengar setia cerita-ceritaku. Termasuk cerita Luna, mantan pacarku. Tapi satu hal yang selalu jadi pertanyaanku, Vira jarang sekali bercerita panjang lebar padaku. Dan Aku pun tak pernah bertanya padanya. Aku takut menyinggung persaannya. Aku pikir biar Vira sendiri yang nantinya cerita padaku. Tapi lama kelamaan aku penasaran juga pada sikapnya itu. Apalagi sejak ada 2 cowok beda jurusan yang terang-terangan nembak dia. Dengan cueknya dia menolak cowok-cowok itu. Hingga suatu hari… “Vir, aku mau tanya boleh nggak?” “Ya”, jawab vira sambil terus membaca novel di tangannya. “Kalo boleh tau alasan kamu nolak Mikki sama Agung apaan sih? Padahal banyak cewek yang ngefans sama Mikki. Eh, malah kamu tolak. Kamu tuh aneh. Jangan-jangan kamu lesbian ya”, Godaku. “Hus,,, ngawur. Aku masih normal lagi. Pengen tau kenapa? Soalnya kalo aku punya cowok, terus yang nemenin kamu siapa? Aku kan orangnya setia kawan”, Vira tertawa. “Sialan, aku serius nih” “Aku juga serius”. Vira nggak mau ngalah. “Nyerah deh ngomong sama kamu”. Vira cuma tertawa mendengarnya. “Ternyata manis juga cewek di sampingku ini”, kataku dalam hati. Deg,,, tiba-tiba seperti ada persaan aneh di hatiku. Sampai di rumah aku terus memikirkan ada apa sebenarnya dengan Vira. Kenapa dia begitu anti dengan cowok. Apa dia sudah punya pacar. Tapi aku nggak pernah sekalipun melihatnya jalan dengan cowok. Di dompet ataupun bukunya tidak pernah ada foto cowok ataupun nama seseorang. Kalaupun dia trauma karena pernah disakiti oleh cowok, dia nggak pernah menunjukkan gejala-gejala seperti itu. “Vira, kamu sahabatku yang penuh misteri”, kataku. Tiba-tiba aku berpikir, “Selama ini aku adalah cowok yang paling beruntung karena aku paling dekat dengan Vira”.
            Keesokan harinya,,, “Vir, anterin aku ke toko buku yok !”, ajakku. “Tumben kamu ke toko buku, Rik. Nggak salah alamat?” “Entar pulangnya aku traktir deh” “Tawaran yang bagus tuh, ayok deh” “Duh, senengnya kalo denger traktiran”. Vira tertawa. “Ternyata dia memang manis. Aduh, aku kenapa lagi?”, ungkapku dalam hati. Sedang enak-enaknya memilih buku tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. “Hei, Rik. Senengnya bisa ketemu kamu di sini”. Aku cuma tersenyum kecut begitu tau siapa yang menyapaku. “Eh, Luna” “Kamu sama siapa, Rik?”, tanyanya. Aku langsung teringat Vira. Spontan aku menjawab, “Cewekku. Tuh dia di sana”. Telunjukku mengarah pada rak tempat novel-novel. Sejenak aku melihat raut muka kecewa pada wajah Luna. Tapi kemudian dia kembali tersenyum. “Kenalin dong”, ajaknya. Tidak berapa lama kami sudah sampai di tempat Vira sedang membaca novel. Aku memegang pundaknya kemudian ia tersenyum. “Vir, kenalin ini Luna. Lun, kenalin ini Vira”. Vira mengulurkan tangannya sambil tersenyum. “Senang kenalan sama kamu”, ucap Luna. “Udah berapa lama jadian?”, sambungnya. Aku sempat memandang wajah Vira yang kini berubah ekspresi dari ramah menjadi kaget dan bingung. “Baru 3 bulan”, jawabku, karena aku tau Vira takkan menjawabnya. “Kalo begitu selesai sudah penantianku”, Luna menghela nafas kecewa. “Selamat ya. Semoga kalian langgeng”, katanya mencoba tersenyum. Vira hanya terdiam. Aku jadi serba salah. “Aku duluan ya. Masih ada perlu”, pamit Luna. Aku mengangguk. Tidak lama setelah punggung Luna tidak terlihat, Vira akhirnya membuka mulutnya. “Makasih ya, Rik. Aku pulang dulu”, dari nadanya terdengar kalo dia marah. Dan aku yang telah menyebabkannya. Aku nggak mau bikin keributan di dalam toko buku.ini dengan berteriak memanggil namanya. Makanya aku mengikutinya sampai depan. “Vir, dengerin alasanku dulu”, kataku sambil meraih lengannya. “OK, aku dengerin alasan kamu kalo itu masuk akal”, katanya. Tapi ia tetap tak mau menatap mataku. “Vir, aku bener-bener minta maaf. Waktu Luna nyapa aku, yang ada dipikiranku cuma ide itu. Dan kamu satu-satunya yang bisa nolong aku”, aku memberi alasan. “Tapi kamu tau kan kalo aku nggak setuju dengan ide itu. Dan kamu juga tau apa alasannya. Sori, Rik, mungkin sikapku terlalu berlebihan”, ucap Vira sambil memandang mataku lekat-lekat, tapi kemudian pandangannya beralih kembali. “Kamu udah ngejelasin dan aku udah denger. Sekarang biarin aku pulang”. Vira menarik lengannya. Sejenak aku terdiam. Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya, pikirku. Ah…aku tidak mau membiarkan dia pergi lagi. “Vira…aku cinta kamu. Itu alasan sebenarnya”, kataku setengah berteriak agar Vira yang berjarak 5 langkah dariku, bisa mendengar jelas kalimatku. Aku tak tau maksudku tersampaikan atau tidak, dia terus pergi sampai hilang dari batas pandanganku.
            Setelah kejadian itu, dia tidak pernah menyapaku. Hingga 3 hari setelahnya, aku berpikir, aku harus minta maaf padanya, untuk itu aku menulis pesan yang berisi permohonan maafku untuknya.
            Aku bergegas pergi ke rumahnya, dengan membawa pesan yang kutulis. Ternyata, baru saja Vira meninggalkan rumahnya. Aku segera mengejar mobilnya. Akhirnya mobilnya tersusul, aku mensejajarkan motorku dan mobilnya, memberikan isyarat agar mobilnya berhenti.
Tin…!Tin…!Tin…!
Entah mengapa aku tak mendengar suara klakson truk yang berada di depanku.
“Rik, menyingkir dari situ !” Vira berteriak padaku, tapi aku tak medengarkannya.
…Brakkkk…!
Itulah akhir dari hidupku, pergi dengan mata tertutup dan tubuh penuh dengan darah. Pergi tanpa berhasil mengucapkan maaf untuknya.
Tapi pesanku sampai padanya, namun kertas putih tertutup percikan tinta merah dari setiap sel-sel darah merah yang keluar dari tubuhku. Vira tak dapat membacanya.
“Selamat Tinggal, aku sudah memaafkanmu” kata itu membuatku tenang meninggalkannya, membiarkannya bahagia...

Created By : GAP
»» READ MORE..